Wisata
berbasis budaya adalah salah satu jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan
kebudayaan sebagai objeknya.
Ada 12
unsur kebudayaan yang dapat menarik kedatangan wisatawan antara lain bahasa,
masyarakat, kerajinan tangan, makanan dan kebiasaan makan, musik dan kesenian,
sejarah suatu tempat, cara kerja dan teknologi, agama, bentuk dan karakteristik
arsitektur, tata cara berpakaian, sistim pendidikan dan aktifitas diwaktu
senggang.
Objek-objek
tersebut tidak jarang dikemas khusus bagi penyajian untuk wisatawan, dengan
maksud agar menjadi lebih menarik.
Semua itu coba di terapkan di acara Bedingin Bungah untuk ke
dua kalinya diadakan, Sebagai
wujud syukur masyarakat dan Pemerintah Desa Bedingin, atas melimpahnya hasil bumi yang sudah dilakukan turun temurun
oleh masing masing kepala keluarga, dalam kegiatan ini diadakan secara
serempak bertajuk "Bedingin Bungah #2" kenduri besar sebagai wujud sukur
kepada sang maha pencipta dan sekaligus pencanangan wisata puncak senja di bukit gemplah.
Sejak
pukul 07:00 wib rombongang sepeda kuno dari masyarakat Bedingin sudah
berkumpul di bukit gemplah, sebagai salah satu rentetan acara Bedingin
Bungah#2, disamping ber olah raga sepeda pagi mengelilingi desa
sekalian sosialisasi acara yang dilakukan sejak pagi sampai malam hari.
Sepeda
kuno ini juga sebagai pengenalan pada masyarakat dan generasi muda
bahwa kegiatan budaya tidak hanya hiburan masyarakat Bedingin saja,
tetapi sekaligus menarik wisatawan nasional maupun internasional yang
berpengaruh pada kegiatan perekonomian masyarakat desa Bedingin dan
sekitarnya
Tampak
dalam rombongan tersebut wisatawan dalam dan luar negeri ikut serta
berpartisipasi "tour desa sepeda kuno", beberpa tempat mereka kunjungi
antara lain Rumah Budaya, Industri Genting dan bata, Wisata Beji Sirah
Keteng, Museum Desa Bedingin, Arca Sirah Keteng, Hutan Bambu dan ber akhir di Bukit Gemplah sebagai pusat kegiatan Bedingin Bungah #2.
Seluruh
peserta yang hadir dipersilahkan menikmati sajian khas "sayur lompong"
proses memasak langsung dilokasi bukit gemplah di lakukan oleh ibu-ibu
PKK yang di koordinir langsung oleh ibu lurah.
Kegiatan ini juga di rancang sebagai salah satu poin untuk menarik wisatawan yang berkunjung dan menginap di desa Bedingin.
Wisatawan bisa terlibat langsung, mencoba dan sekaligus belajar proses memasak sajian "sayur lompong" mengunakan alat-alat tradional yang biasa di gunakan oleh ibu-ibu di desa Bedingin.
Menyambut
peserta tour desa sepeda kuno group gajah-gajahan desa bedingin yang
terdiri dari anak-anak, remaja dan orang tua berjalan menyusuri
persawahan dan kampung-kampung di sekitar Dusun Kambangrejo menuju Bukit
Gemplah, Wisatawan dan Fotografer berhamburan melihat, ikut dalam
rombongan dan mencari moment foto dari berbagai sudut, satu moment yang
sudah sangat langka di era moderen ini, rombongan melewati hamparan
sawah yang menghijau di sinari oleh cahaya matahari pagi.
Peserta tour desa sepeda tua sudah berada di gunung gemplah, berbaur dengan pengunjung dan wisatawan, sayup sayup terdengar bunyi musik pengiring gajah-gajahan di kejauhan makin lama makin jelas menuju bukit gemplah.
Panggung
setinggi 1 meter kreatifitas orang-orang Dusun Kambangrejo Bedingin
dihiasi ornamen serba bambu yang banyak terdapat di sekitar menghiasi
bukit gemplah, diawali tarian anak2 muda dengan musik gajah-gajahan
tampil diatas panggung tebuka.
Menyusul
gajah yang di jalankan oleh 2 orang ini menaiki panggung, menari
mengikuti irama musik, alat musik gajah - gajahan ini terdiri dari
terbangan, beduk, selompret, kendang,
Tarian
Gajah-gajahan di kendalikan oleh seorang anak perempuan berdandan
layaknya penari jatilan di reyog ponorogo, Diawali oleh pak Lurah
bergantian dengan para tamu wisatawan naik di pundak gajah-gajahan
bergantian, mengikuti tarian dan irama musik, satu moment yang langka
bagi para wisatawan.
Sore
hari hujan rintik turun membasahi area sekitar acara Bedingin Bungah,
udara terasa sejuk aroma tanah tersiram air hujan menambah semangat para
pemain dan pengunjung, sejak siang group reyog Desa Bedingin sudah
bersiap berpartisipasi memeriahkan Bedingin Bungah.
Iring-iringan
Reyog yang di koordinir pak Carik Bedingin ini berparade mengelilingin
jalan desa menuju pusat acara di Bukit Gemplah di beberapa tempat
iring-iringan reyog berhenti untuk menghibur masyarakat yang banyak
berkumpul, beberapa saat kemudian melanjutkan perjalanannya.
Di
Bukit Gemplah ratusan pengunjung sudah tidak sabar menunggu, wisatawan
dari dalam dan luar negeri ikut berbaur dengan para penari reyog,
terlihat suasana akrab sesuai dengan selogan Desa Bedingin "sing teko
bedingin dadi dulur" (yang datang di Bedingin Menjadi Saudara).
Puncak
acara Bedingin Bungah adalah "Kenduri Besar" sebagai wujud sukur kepada
Tuhan YME atas panen selama ini, masing-masing kepala keluarga membuat
dan mengumpulan hidangan "kenduri" di musholla, dari Desa di sediakan
gunungan berisi buah-buahan dan sayur-sayuran hasil dari ladang di Desa
Bedingin, selanjutnya dikirab dengan penerangan obor dan ublik di sertai
lantunan sholawat dan pembacaan kitab Ambyo yang di iringin oleh 2
(dua) alat musik "terbangan" besar, beduk.
Apa
itu kitab Ambyo? dahulu sebagai media untuk penyebaran Islam di sekitar
keraton Jogja. Bertuliskan huruf jawa kuno dan arab, ber kisah
perjalanan para nabi yang disusun oleh para pujangga keraton. Lagu-lagu
dalam kitab ambyo cukup mudah dipahami setiap orang.
Cahaya
Ublik menyambut iring-iringan "Kenduri Besar" saat memasuki jalan
perkampungan menuju bukit gemplah, kilatan lampu flash dari kamera
handphone dan kamera slr silih berganti seiring berlalunya iring-iringan
Kenduri Besar berlalu, tanpa di komando pengunjung mengikuti dibelakang
rombongan menuju bukit gemplah.
Tepat
di depan panggung sudah di siapkan terpal sebagai alas untuk makan
bersama dan sekaligus acara utama "kenduri besar", tamu, wisatawan dan
peserta duduk bersama menikmati prosesi kenduri, diawali dengan sambutan
dari kepala desa dilanjutkan bacaan kitab ambyo dan doa bersama atas
nikmat yang diberikan oleh tuhan YME dan doa untuk saudara kita yang
mengalami bencana di banaran dan sekitarnya, Di tutup dengan acara makan
bersama seluruh yang hadir tanpa terkecuali.
Berikut beberapa penampilan seni dalam acara Bedingin Bungah, dari dalam dan luar Desa Bedingin.
- Karawitan anak-anak Bedingin mengawali acara
- Karawitan dewasa yang tidak kalah menarik,
- Pembacaan kitab Ambyo yang di iringi oleh tarian 4 orang wanita dari ISI Solo
- Tari Gendhing Sriwijaya Mahasiswa Mancanegara ISI Solo
- Tari dari pemeran film Bima (film yg shoting di bedingin)
- Tarian dari Komunitas Kalimantan
- Jatil Laki-laki "sepuh" dan pembarong sepuh desa Bedingin
- Wayang kulit yang juga dari Bedingin sampai dini hari.
Sampai Jumpa di Bedingin Bungah#3 mendatang
Foto Video & liputan : Bekuinstitute
Daniel Puji R
Purwanto PW
Imam Mujiono
Shandy A A Miraza
Gelora
No comments
Post a Comment